Jumat, 05 Februari 2016

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1: Peradaban Lembah Sungai Nil (Mesir)


PERADABAN LEMBAH SUNGAI NIL (MESIR)


GEOGRAFI

Luas negara Mesir adalah 1.001.450 kilometer persegi (386.660 sq mi). Namun demikian, karena kegersangan iklim Mesir, pusat-pusat populasi terkonsentrasi di sepanjang Lembah Nil yang sempit dan Delta, yang berarti bahwa sekitar 99% dari populasi menggunakan hanya sekitar 5,5% dari total lahan.


 
Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, dan dengan Jalur Gaza dan Israel di timur. Mesir berperan penting dalam geopolitik berasal dari posisi strategis: sebuah benua bangsa, ia memiliki sebuah jembatan darat (Tanah Genting Suez) antara Afrika dan Asia, yang pada gilirannya merupakan dilayari dilalui oleh sungai (di Terusan Suez) yang menghubungkan Laut Tengah dengan Samudera Hindia melalui Laut Merah.
Angin bertiup dapat membuat bukit pasir lebih dari 100 kaki (30 m) tinggi. Mesir termasuk bagian dari Gurun Sahara dan dari Gurun Libya. Gurun ini dirujuk sebagai "tanah merah" di Mesir kuno, dan mereka melindungi Kerajaan Firaun dari ancaman barat.


                   
GEOLOGI
Pada periodenya semua orang Mesir membuat penuh penggunaan batu yang lembut, batu kapur dan batu tebing sepanjang Valley, untuk membangun batu: pada umumnya, mereka menggunakan sumber yang relatif dekat, sehingga monumen dari Abydos ke Kairo terutama batu kapur, dan yang berasal dari selatan Dendera terutama dari batu pasir Selain itu, mereka digali semakin keras tonjolan batu di utara Kairo (kuarsit), di First Katarak (granit dan granodiorite), dan utara Fayum (basalt).





Gurun Sahara ke barat dan timur dari Lembah Sungai Nil di Mesir dan Nubia menawarkan berbagai macam batu-batu lain: baik digunakan termasuk pertambangan kalsit / travertine pertambangan di Hatnub, selatan-timur Amarna, dan pertambangan untuk batu sedimen sepanjang Wadi Hammamat, antara Koptos dan Laut Merah. Kaisar Romawi menetapkan lebih jauh tambang, yang paling terkenal di sumber porphyry kekaisaran. Gurun juga menyediakan batu semi mulia seperti kecubung, akik dan jasper. Di beberapa pertambangan, pertambangan kuno ekspedisi meninggalkan prasasti immortalising keberhasilan mereka.

IKLIM
Mesir tidak menerima banyak curah hujan kecuali pada bulan-bulan musim dingin. Kairo Selatan, curah hujan rata-rata hanya sekitar 2 hingga 5 mm (0,1-0,2 in) per tahun dan pada interval dari bertahun-tahun. Pada strip yang sangat tipis dari pantai utara curah hujan bisa setinggi 410 mm (16,1 in), dengan sebagian besar curah hujan antara bulan Oktober dan Maret. Salju turun di Sinai's gunung-gunung dan beberapa kota-kota pesisir utara seperti Damietta, Baltim, Sidi Barrany, dll dan jarang di Alexandria, embun beku juga dikenal pada pertengahan pertengahan Sinai dan Mesir.
 

Suhu rata-rata antara 80 ° F (27 ° C) dan 90 ° F (32 ° C) di musim panas, dan hingga 109 ° F (43 ° C) di pantai Laut Merah. Suhu rata-rata antara 55 ° F (13 ° C) dan 70 ° F (21 ° C) pada musim dingin. Sebuah mantap angin dari barat laut membantu menahan suhu di dekat pantai Mediterania. The Khamaseen adalah angin yang bertiup dari selatan di Mesir di musim semi, membawa pasir dan debu, dan kadang-kadang menimbulkan temperatur di padang gurun untuk lebih dari 100 ° F (38 ° C). Setiap tahun, banjir dapat diprediksi Nil replenishes tanah Mesir. Negeri ini konsisten memberi panen sepanjang tahun.

RELIGI
Masyarakat Mesir mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari), Amon (Dewa Bulan) kemudian menjadi Amon Ra.
Ra (di tengah) bergerak melalui bawah tanah di barque, ditemani oleh dewa-dewa lain

 
Sebagai lambang pemujaan kepada Ra didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian. Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.W
Selain dewa nasional maka ada dewWa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah tertentu seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan isteri Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa Anubis yaitu dewa kematian.

Dewa Osiris, Anubis, dan Horus, dari sebuah makam lukisan

Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut:
  1. Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam.
  2. Yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan.
Jadi dengan taat menyembah pada dewa masyarakat lembah sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi. Dasarnya membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa maut. Manusia ingin tetap hidup abadi. Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.


BUDAYA
Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebu Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus. Huruf Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda. Setiap lambang memiliki makna. Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis. Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta. Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
Hieroglip Mesir, sebagai contoh ini dari sebuah sarkofagus dari Thebes dari sekitar 530 SM 
 
Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa disaksikan sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan arsitektur. Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan.
The Great Sphinx dan Piramid Giza

Kuil Karnak untuk pemujaan Amon Ra
 

SOSIAL
Lembah sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum, sekoi atau jamawut dan jelai yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung.
 
Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut Tengah. Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan. Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.


POLITIK
Sejarah politik di Mesir berawal dari terbentuknya komunitas-komunitas di desa-desa sebagai kerajaan-kerajaan kecil dengan pemerintahan desa. Desa itu disebut nomen. Dari desa-desa kecil berkembanglah menjadi kota yang kemudian disatukan menjadi kerajaan Mesir Hilir dan Mesir Hulu. Proses tersebut berawal dari tahun 4000 SM namun pada tahun 3400 SM seorang penguasa bernama Menes mempersatukan kedua kerajaan tersebut menjadi satu kerjaan Mesir yang besar.

 
Mesir merupakan sebuah kerajaan yang diperintah oleh raja yang bergelar Firaun. Ia berkuasa secara mutlak. Firaun dianggap dewa dan dipercaya sebagai putera Dewa Osiris. Seluruh kekuasaan berada ditangannya baik sipil, militer maupun agama.
Sebagai penguasa, Firaun mengklaim atas seluruh tanawh kerajaan. Rakyat yang tinggal di wilayah kerajaan harus membayar pajak. Untuk keperluan tersebut Firaun memerintahkan untuk sensus penduduk, tanah dan binatang ternak. Ia membuat undang-undang dan karena itu menguasai pengadilan. Sebagai penguasa militer Firaun berperan sebagai panglima perang, sedangkan pada waktu damai ia memerintahkan tentaranya untuk membangun kanal-kanal dan jalan raya.

 
Untuk menjalankan pemerintahannya Firaun mengangkat para pejabat yang pada umumnya berasal dari golongan bangsawan. Ada pejabat gubernur yang memerintah propinsi, panglima ketentaraan, hakim di pengadilan dan pendeta untuk melaksanakan upacara keagamaan. Salah satu jabatan penting adalah Wazir atau Perdana Menteri yang umumnya dijabat oleh putra mahkota.
Sejak tahun 3400 SM sejarah Mesir diperintah oleh 30 dinasti yang berbeda yang terdiri dari tiga zaman yaitu Kerajaan Mesir Tua yang berpusat di Memphis, Kerajaan Tengah di Awaris dan Mesir Baru di Thebe.



SEJARAH

Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM)

Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota kembar.
Kerajaan Mesir Tua disebut zaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser.
 
Piramida di Gizeh adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.



Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hilir dan Mesir Hulu.

Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM)

Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara lain membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia). Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.Pada waktu itu kerajaan Mesir Tengah sedang mengalami kehancuran yang sangat signifikan.

  

Kerajaan Mesir Baru (1570 - 1075 SM)

Sesudah diduduki bangsa Hyksos, Mesir memasuki zaman kerajaan baru atau zaman imperium. Disebut zaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria.
Raja-raja yang memerintah zaman Mesir Baru antara lain:
  1. Ahmosis I. Ia berhasil mengusir bangsa Hyksos dari Mesir sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20.
  2. Thutmosis I. Pada masa pemerintahannya Mesir berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
  3. Thutmosis III. Merupakan raja terbesar di Mesir. Ia memerintah bersama istrinya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di timur sampai Syria, di selatan sampai Nubia, di barat sampai Lybia dan di utara sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia digelari “Napoleon dari Mesir”. Thutmosis III juga dikenal karena memerintahkan pembangunan Kuil Karnak dan Luxor.
  4. Imhotep IV. Kaisar ini dikenal seorang raja yang pertama kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat monotheis kepada rakyat Mesir kuno yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa matahari) yang merupakan roh dan tidak berbentuk. Ia juga menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan dewa.
  5. Ramses II. Ramses II dikenal membangun bangunan besar bernama Ramesseum dan Kuil serta makamnya di Abusimbel. Ia juga pernah memerintahkan penggalian sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut Merah namun belum berhasil.
Masa Ramses II diperkirakan sezaman dengan kehidupan nabi Musa.



Setelah pemerintahan Ramses II kekuasaan di Mesir mengalami kemunduran. Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 SM dan pada tahun 525 SM Mesir menjadi bagian imperium Persia. Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dan para penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir Ptolemeus. Salah satu keturunan dinasti Ptolemeus adalah Ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 SM Mesir menjadi wilayah Romawi.




(disarikan dari berbagai sumber)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar